Langsung ke konten utama

Postingan

SUSAN BOYLE, VIRALITAS, DAN PARADIGMA BARU MEDIA

Viral itu virus. Artinya,  viral itu bukan menyerupai virus, viral itu sendiri adalah virus setidaknya kalau dilihat dari akar katanya yang menurut beberapa literatur sama-sama berarti--dalam artinya yang arkhaik dan medik--sebagai penyakit atau wabah.  Apakah virus selamanya merugikan?  Bagi sebagian orang virus   akan dianggap sangat merugikan, misalnya saat  muncul berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus atau  ketika viral sejumlah expose dari warga via medsos tentang berbagai penyimpangan yang dilakukan aparatur negara yang seharusnya melindungi dan mengayomi warga malah membikin repot warga.  Dalam arti di atas, virus, meminjam lirik lagu Slank, bisa seperti  "api yang membakar hatimu" dan bisa "seperti  duri yang melukaimu." Tapi, virus juga bisa memberikan manfaat semisal untuk proses pembuatan vaksin yang berguna bagi  pengobatan pasien, yang sakit karena terinfeksi oleh virus tertentu.   Diskusi tentang virus ternyata bisa berfaedah untuk pekerja media
Postingan terbaru

Ketegangan antara Strategi dan Taktik dalam Mudik

Kehadiran massa dalam jumlah yang sangat akbar    tak pernah dibiarkan berlalu begitu saja oleh pihak-pihak tertentu termasuk   para politisi dan para pemilik modal dan juga lainnya. Pada mulanya, pulang kampung mungkin suatu tindakan   “biasa-biasa” saja; seseorang yang mencari nafkah di kota, untuk sementara waktu merasa perlu   pulang ke daerah asal, melepas rindu pada   keluarga dan syukur-syukur, dari hasil   kerja keras di kota itu, bisa berbagi rezeki dengan keluarga di kampungnya. Kebetulan, periode libur yang   cukup lama hanya terdapat di sekitaran hari raya Idul Fitri. Maka, jadilah pulang kampung paling sering dilakukan menjelang hari raya, tepat di hari raya dan   beberapa hari setelahnya. Dari ranah yang sangat populer kita temukan lagu Selamat Hari Lebaran   dari tahun 50an yang   ternyata di lirik lagu tersebut tak sekalipun menyebut kata pulang kampung alias mudik     di dalamnya. Pada bagian-bagian tertentu, lagu ini secara karikatual   dan "nyinyir"

Menalar Sindhunata dari Pojok Sindhu Sekoel

Sebelum menyukai tulisan-tulisannya, yang kata Jakob Oetama seperti "berdesak-desakan, berkeringat, dan berurai air mata", saya lebih dulu terkesan dengan nama penulisnya:   Sindhunata. Kendati tak tahu persis apa arti dari nama tersebut,   nama Sindhunata menarik   perhatian saya karena secara kebahasaan seperti ingin   menyelaraskan dua unsur yang terdengar bertentangan. Pokok perkaranya ada   pada   huruf “u” dan “a” di nama Sindhunata. Huruf “u” yang mengekspresikan suasana minor, sendu sedan dan kegelisahan disejajarkan dengan huruf “a” yang merefleksikan suasana mayor yang ceria, gembira, kasmaran   dan berpengharapan. Penyejajaran dan penggabungan huruf “u” dan “a” dalam kata Sindhunata, jika dibaca akan membentuk satu-kesatuan kata yang   puitik dan enak didengar. Dari sebaris nama Sindhunata, kita bisa menarik suatu pandangan   bahwa di setiap suka selalu   menyusup duka dan di setiap duka kerap terselip suka.   Kebahagiaan, jika kita andaikan   sebagai sebua

Wajah Janus Puisi-Puisi Berto Tukan Tentang Buku Puisi aku mengenangmu dengan pening yang butuh panadol (Bagian Terakhir)

  Sepanjang Jalan Kenangan tersentak bunyi kipas angin berputar pening panadol terkurung di meja baca   perihperih kecil kerentaan kerentaan hidup virusvirus bersama mata terkantukkantuk   lelah pada helaan ini aku ingin mengajakmu   malam merayu untuk meliris kita ikut selera tua berharap kolaborasi suatu saat berbeda   itu dan itu   doa tersia-sia rumah ibadah setiap dua rw satu   ini dan ini   barangkali malam larut bus transjakarta duapuluh empat jam   dan beberapa langkah kecil   (Puisi, aku mengenangmu dengan pening yang butuh Panadol )   Membaca puisi aku mengenangmu dengan pening yang butuh Panadol sulit untuk tidak merasakan adanya keterkejutan dan kenyerian   yang dialami     penyairnya   dalam kegiatan membaca dan mengenang   hingga butuh bahu kawan untuk bersandar //tersentak bunyi kipas angin berputar// pening panadol terkurung di meja baca// perihperih kecil kerentaan// kerentaan hidup virusvirus// bersama ma

Wajah Janus Puisi-Puisi Berto Tukan Tentang Buku Puisi aku mengenangmu dengan pening yang butuh panadol (Bagian Ketiga)

  Menghidupi Kekacauan seorang lelaki tua melihat ke luar jendela dunia meninggalkannya berjalan tetatih lengan bajunya disingsingkan seperti pesan di lagu perjuangan kala itu waktu membawanya melaju ke depan terlalu cepat waktu menuntun dunia di luarnya melaju dan melupakan dirinya   seorang lelaku tua memandang ke luar jendela jendela bergerak, metropolitan bergerak gedunggedung bergerak jembatanjembatan bergerak istilahistilah bergerak suarasuara bergerak cahayacahaya bergerak kenangankenangan bergerak   seorang lelaki tua memandang ke luar jendela menyusun kenangan, bertahuntahun   mencumbui jalur itu dunia kini sudah berganti rupa pun pula rupa lelaki tua   perhentianperhentian berlalu begitu saja perhentian   pun bahkan bergerak!   ia mengeja istilah baru humi … lunid … lumid … luminal … diri? gempa dan tsunami, lorelindu   ia lupa   kaki kanannya di atas bangku tangannya pada lutut lemah bara