Sehimpun puisi dalam Aku Mencintaimu Dengan Sepenuh Kereta (2013) merekam interaksi kreatif antara penyair dengan kereta. Interaksi? Ya. Pasalnya nyaris semua puisi dalam buku kumpulan puisi ini membicarakan kereta dengan aneka kekhasannya; masinis, peron, penumpang, tiket, rel, dan seterusnya. Lugasnya, tanpa ada kereta mustahil kumpulan puisi ini terbit dan dibaca. Pada hemat saya, yang mengesankan, dan sekaligus kekhasan, kumpulan puisi ini terdapat pada konsistensi penyairnya yang secara kreatif menyejajarkan citra-citra kongkrit dengan pelukisan-pelukisan yang nyaris abstrak. Dari khazanah surealis kita belajar bahwa apa yang sedang dilakukan penyair ini merupakan fase awal memasuki semesta yang disebut “pancaran dari yang profan” atau kerap pula disebut defamiliarisasi. Baris-baris dalam puisi berjudul Aku Mencintaimu Dengan Sepenuh Kereta memperlihatkan bagaimana citra-citra konkret dijadikan sarana mengucapkan perkara abstrak dan seb...
Mari membaca, menulis, dan mendapat untung ... (Khudori Husnan)