Heboh terma usang "pribumi" yang diremajakan kembali lewat mulut Gubernur DKI Jakarta terpilih di pidato pertamannya, membuat saya terkenang mendiang Dick Hartoko. Bukan. Bukan pada pemikiran humanioranya yang bersahaja tapi pada tulisan sangat menyentuh hati dari Sindhunata terkait detik-detik terakhir mangkatnya budayawan besar, penjaga rubrik legendaris “Tanda-Tanda Zaman” majalah kebudayaan "Basis." Salah satu bagian paling menarik dari tulisan Sindhunata yang entah kenapa selalu susah saya lupakan itu ialah ketika Sindhunata mengidentifikasikan atau menyejajarkan riwayat hidup dirinya dengan Dick Hartoko terkait masalah identitas, silsilah dan atau keturunan. Dick Hartoko berdarah campuran Jawa - Belanda sedangkan Sindhunata sendiri berdarah Tionghoa - Jawa. Sindhunata menuliskan bagaimana ketegangan batin terus menerus menghantui dan menggelisahkan Dick Hartoko sepanjang hidupnya. Di nyaris setiap pergaulan...
Mari membaca, menulis, dan mendapat untung ... (Khudori Husnan)