Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

FILM OPERA 'TURANDOT'

Oleh: Rangga L. Utomo (Mahasiswa Pascasarjana STF Driyarkara) sumber gambar: amazon “Tanpa keutamaan, teror itu membinasakan; tanpa teror, keutamaan itu tak berdaya.” [Robespierre. Laporan kepada sidang dewan, 5 Februari 1794] Turandot adalah opera tiga babak karangan Giacomo Puccini, ditujukan pada libretto Italia Giussepe Adami dan Renato Simoni, didasarkan pada naskah drama karangan Carlo Gozzi. Pengerjaan opera ini tidak dirampungkan oleh Puccini yang keburu meninggal terkena kanker tenggorokan dan pengerjaan naskah tersebut diteruskan oleh Franco Alfano. Pergelaran perdananya ditampilkan di Teatro alla Scalla, Milan tanggal 25 April 1926, dikonduktori oleh Arturo Toscanini.  Selengkapnya

MELANGKAH DI RERUNTUHAN BABEL, MEMAHAMI DIMENSI INTERPRETASI MANUSIA

Oleh Adinto Fajar (Alumnus STF Driyarkara Jakarta, pengelola  mabuk kata ) Sumber gambar: www.theost.com Pengantar Di sebuah dataran Marokko, terdengar pekikan senapan memecah kebekuan. Gaungnya berpanjang-panjang menjelajahi tanah-tanah kering dan tandus. Dua anak kecil, Yussef dan Ahmed, menunggu-nunggu apa yang akan terjadi. Selang beberapa detik, peluru yang dibidik ke sebuah bus pariwisata dalam jarak kurang lebih dua ratus meter ternyata mengenai sasaran. Dicekam rasa takut, dua anak itu bergegas mengumpulkan domba-dombanya, pulang. Babel (2006) , sebuah film karya seorang sutradara Mexico – Alejandro Gonzales Iñarritu, memang seperti berkisah tetang peluru. Dari sebutir peluru iseng dua bocah gembala, satu demi satu insiden-insiden tragis terjadi. Terentang di empat negara: Marokko, San Diego hingga Tokyo.  Selengkapnya

MEMAHAMI GUGATAN KIERKEGAARD ATAS YANG PUBLIK

Oleh Ari Wibowo (Mahasiswa Tingkat Akhir Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta) Sören Kierkegaard (1813 - 1855) Pendahuluan             “Kita semua tahu  langkah apa untuk diambil dan langkah-langkah apa saja yang dapat diambil tapi tak seorang pun mengambil langkah-langkah itu.” [1]               Kierkegaard melalui salah satu karyanya The Present Age, [2] menggambarkan apa yang disebutnya kondisi masa kini sebagai sebuah fase sejarah yang dibuka oleh Revolusi Perancis. Masa kini tak dipahami semata sebagai peristiwa sosial politik, melainkan perubahan yang berpengaruh secara mendalam pada setiap lapisan kehidupan dan pemikiran. Fase itu, lugasnya, lebih  memperlihatkan  sebuah metamorfosis yang kelak dituntaskan lewat suatu keutamaan tentang kesadaran diri manusia yang mencapai tingat mayoritas. [3] Perubahan itu tidak hanya mengimplikasikan ...

POSFENOMENOLOGI DAN KEMATIAN PARTIKULAR

Oleh Budi Hartanto (Pengaji Filsafat Teknologi) Don Ihde - (Sumber :  http://www.stonybrook.edu/complit/new/images/faculty/ihde.jpg ) Posfenomenologi adalah aliran dalam filsafat yang dikembangkan oleh Don Ihde seorang filsuf teknologi kontemporer. Sebuah filsafat yang menjelaskan tentang relasi pragmatis-eksistensialistis antara manusia sebagai tubuh dan dunia teknologi; yaitu ketika eksistensi manusia tidak lagi dapat kita maknai terbatas hanya pada tubuh dengan segala potensi panca inderanya saja, tapi juga berada pada moda relasi, mediasi, dan transparansi dengan teknologi. Posfenomenologi adalah pengembangan lebih lanjut fenomenologi Edmund Husserl dan khususnya fenomenologi Heidegger dan Maurice Merleu-Ponty. ( Selengkapnya )