Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Konspirasi sebagai Panglima

konstelasi (sumber mapframe-nim.blogspot.com Konspirasi atau persekongkolan bertolak dari keyakinan adanya interrelasionalitas  satu peristiwa dengan serentetan peristiwa lain di waktu dan tempat tertentu. Konspirasi beroperasi dengan mendasarkan diri pada penalaran konstelasional; satu unsur dikatikan dengan unsur-unsur lain; satu sisi disangkutpautkan dengan sisi-sisi lain,  satu pernyataan dihubungkan dan disejajarkan dengan pernyataan-pernyataan lain.  Berbeda dengan asosiasi bebas yang cenderung menyangkal adanya tolok ukur obyektif sebagai acuan, cara berpikir konstelasional, sebaliknya, selalu menempatkan acuan obyektifnya  pada evaluasi-evaluasi, dialog-dialog kritis, konfrontasi-konfrontasi antara unsur yang satu dengan unsur lain.  Wajah Ganda Konspirasi Konspirasi beroperasi secara senyap dalam arti selalu mendasarkan diri pada kerahasiaan. Sisi menarik dari kerahasiaan dalam kospirasi terletak bukan pada muatan atau isi ke...

Filsafat Belanja

Belanja telah menjadi semangat zaman. Belanja tak hanya telah menjadi gaya hidup tapi lebih dari pada itu belanja adalah pilihan hidup. Tanpa pernah sekalipun berbelanja, kehidupan seseorang kemungkinan besar akan dicap sebagai terbelakang.  Di mana pun dan kapan pun kegiatan belanja akan dengan mudah kita sua. Di pinggir jalan, di pasar-pasar  tradisional, di  pertokoan, di  dunia maya, di mall-mall, dan masih banyak lagi.   source:medievalmagic Sebagian kalangan menilai aktivitas berbelanja   adalah   contoh terbaik dari gaya hidup hedonis dan materialistis. Selain itu, karena sebagian pelaku belanja berjenis kelamin perempuan, belanja juga kerap dituding sebagai perilaku yang memertahankan ketidakadilan jender. Menarik bahwa seiring kian gencarnya tanggapan sinis pada belanja orang-orang  justru terlihat kian militan saja dalam berbelanja baik untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, maupun tertier masing-masing. Atas dasar ini,...

Meniru Jokowi adalah Kesesatan

Jokowi (Globalvoiceonline) Gaya kepemimpinan Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta, terus menjadi pusat perhatian. Gerak-gerik Joko Widodo dalam memimpin Ibu Kota kerap menjadi peristiwa politik yang memicu antusiasme khalayak ramai, seperti baru-baru ini diperlihatkan Jokowi dalam merespons banjir besar yang menggilir Jakarta. Melihat besarnya animo masyarakat pada model kepemimpinan Jokowi, demikian sapaan akrab Joko Widodo, para pemimpin ataupun calon pemimpin mulai menirunya. Peniruan terhadap model kepemimpinan Jokowi berlangsung secara terang-terangan dan diam-diam. Tiru-meniru dalam gaya memimpin adalah sebuah kewajaran. Tapi, khusus pada Jokowi, peniruan hanya akan melahirkan   mudharat daripada manfaat bagi si peniru. Peniruan sekadar mengidindikasikan sebuah ketersesatan nalar. Mengapa? Karena pertama, tiru-meniru mengisyaratkan adanya ketidakmatangan dan perasaan rendah diri dari seseorang; kedua gaya kepemimpinan Jokowi adalah khas karena boleh jadi tak berlandask...

Bola itu Indah

koleksi pribadi Sepak bola adalah jenis olah raga yang paling digemari di seluruh dunia. Pada tiap halaman surat kabar, nasional ataupun daerah, pemberitaan tentang sepak bola selalu mengemuka. Kendati demikian, apapun penjelasan dan pemberitaan tentang sepak bola satu yang pasti sepak bola pada dasarnya adalah jenis permainan belaka sebagaimana bisa diamati dari bendera ukuran besar bertuliskan  my game is fair play yang kerap diarak ke tengah lapangan sebelum pertandingan sepak bola dimulai. Antusiasme pada sepak bola menjangkiti tokoh-tokoh penting di luar lapangan bola. Antonio Gramsci  yang mahyur dengan teori hegemonipernah berujar “sepak bola adalah model masyarakat yang individualistis. Ia menuntut adanya tekad, persaingan, dan perselisihan,” tapi, kata Gramsci, “sepak bola diatur oleh aturan tak tertulis dari fair play.” Novelis, penyair, dan dramawan Oscar Wilde tak mau ketinggalan dengan sedikit berkelakar ia berkata “sepak bola sebagai sebuah permainan sangat ...