Langsung ke konten utama

Konspirasi sebagai Panglima



konstelasi (sumber mapframe-nim.blogspot.com
Konspirasi atau persekongkolan bertolak dari keyakinan adanya interrelasionalitas  satu peristiwa dengan serentetan peristiwa lain di waktu dan tempat tertentu. Konspirasi beroperasi dengan mendasarkan diri pada penalaran konstelasional; satu unsur dikatikan dengan unsur-unsur lain; satu sisi disangkutpautkan dengan sisi-sisi lain,  satu pernyataan dihubungkan dan disejajarkan dengan pernyataan-pernyataan lain. 

Berbeda dengan asosiasi bebas yang cenderung menyangkal adanya tolok ukur obyektif sebagai acuan, cara berpikir konstelasional, sebaliknya, selalu menempatkan acuan obyektifnya  pada evaluasi-evaluasi, dialog-dialog kritis, konfrontasi-konfrontasi antara unsur yang satu dengan unsur lain. 

Wajah Ganda Konspirasi
Konspirasi beroperasi secara senyap dalam arti selalu mendasarkan diri pada kerahasiaan. Sisi menarik dari kerahasiaan dalam kospirasi terletak bukan pada muatan atau isi kerahasiaan melainkan pada bentuk kerahasiaannya yang khas; secara serentak disembunyikan dan pertukarkan.  

Hukum memberi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) keleluasaan untuk menyadap percakapan rahasia para pihak yang disinyalir terlibat korupsi. Isi percakapan sudah barang tentu awalnya bukan untuk dikonsumsi khalayak ramai melainkan khusus diperdengarkan oleh elit-elit KPK. 

Kerahasiaan  bukan lagi rahasia untuk elit-elit di KPK tapi bagi publik kerahasiaan tetap menjadi misteri hingga ketika KPK memerdengarkan materi kerahasiaan itu ke publik. Elit KPK pun selalu mengetahui lebih dulu segala sesuatu ihwal praktik korupsi pihak tertentu daripada publik.

Kerahasiaan di tangan KPK, tak ubahnya perhiasan yang menunjukkan kemewahan. Sekadar ilustrasi seseorang akan cenderung berhati-hati dalam pembicaraan ketika lawan bicara ialah seseorang yang di pergelangan tangannya melingkar jam tangan mewah seharga puluhan juta rupiah. Dalam arti ini kerahasiaan memancarkan pesona tersendiri dan KPK memiliki pesona tersebut.

Kegusaran Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta (1/2/2013) sebagaimana tersirat dari pernyataannya, sebuah pernyataan yang sempat menuai  pro-kontra di masyarakat,  bahwa ada “sebuah konspirasi besar yang ingin bertujuan hancurkan” PKS menyiratkan makna lain dari konspirasi.

Pernyataan Anis terlontar tak lama setelah dia ditetapkan sebagai Presiden PKS menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Pada titik ini Anis Matta tampak berkehendak menjadikan konspirasi sebagai dimensi penting mekanisme pertahanan diri partai.

Konspirasi di tangan elit PKS menjadi siasat dalam menghadapi serangan mematikan yang diarahkan kepada partai. Sebaliknya KPK menjadikan konspirasi sebagai siasat mempersempit ruang gerak koruptor. Persamaannya baik KPK maupun PKS sama-sama menjadikan konspirasi atau setidaknya cara-cara yang konspirasional, sebagai alat perjuangan.

Sebagai alat perjuangan konspirasi serupa pedang bermata dua; bisa menjadi taktik jitu dalam perjuangan melawan rezim atau pihak tertentu tapi konspirasi juga sering dituding sebagai biang keladi atas  terjadinya kudeta sebagaimana pernah dikemukakan bapak teori politik modern Niccolo Machiavelli “sebagian besar para pangeran kehilangan negara dan kehidupannya oleh konspirasi daripada karena perang tebuka.”

Konspirasi hadir dalam praktik politik kita sebagaimana ditegaskan pakar hukum tata negara di situs berita menits.com (14/02/13); Yusril Ihza Mahendra (YIM), melalui akun jejaring sosialnya,  membeberkan 21 butir jawaban atas kicauan akun TrioMacan2000 yang menyoal riwayat hubungan antara YIM dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Butir terakhir YIM berbunyi: “setelah semua tawaran jabatan saya tolak, Sisminbakum mulai diusut. Ada konspirasi besar dibalik ini. Saya sadar bhw sy jd target utama.” (khudori husnan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hamsad Rangkuti dan Dua Cerpennya

Hamsad Rangkuti adalah salah satu penulis cerita pendek terbaik dan otentik. Ia, satu dari sedikit cerpenis kita yang mau dan mampu merumuskan pertanggungjawaban kepengarangannya secara cerdas dan tangkas. Ia cuplik satu fragmen kecil tentang dan dari  kehidupan sehari-hari lalu menuangkannya dalam sebuah Cerpen yang mengesankan. Cerpennya relatif tak berurusan dengan perkara-perkara besar dalam peta besar pemikiran misal menyangkut ideologi besar, pertentangan adat, kesamaan hak, atau lainnya.  Tapi, kendati demikian di balik cerpen-cerpennya yang sederhana tersirat begitu banyak suara, membuka peluang aneka tafsir. "Malam Takbir" (1993), "Reuni" (1994) keduanya di dalam buku "Kurma, Kumpulan Cerpen Puasa-Lebaran Kompas" (Kompas:2002) adalah Cerita pendek yang unik. Secara teknik keduanya bisa dibaca sendiri-sendiri tapi dapat pula dinikmati sebagai sebuah kesinambungan, semacam dwilogi. Berlatar hari-hari terakhir ramadan kedua Cerpen bertut...

Kwatrin Ringin Contong; Visi Maksimal Di Balik Puisi Minimal

Pengantar Buku kumpulan puisi Kwatrin Ringin Contong (Penerbit Miring dan Ar-Ruzz Media, 2014, selanjutnya disingkat KRC) menandai kembalinya Binhad Nurrohmat meramaikan panggung perpusian tanah air. Lewat  buku kumpulan puisi terbarunya ini Nurrohmat tampak  berupaya mengingatkan kembali arti penting “epik” dalam artikulasi estetis khususnya puisi. Nurrohmat terlanjur lekat dengan model puisi yang membabar aneka kawasan di mana nyaris tak seorang penyair pun mau dan mampu secara jujur, terbuka, dan percaya diri  menyelaminya; sebuah kawasan yang kerap dicitrakan sebagai liar, vulgar, jorok, dan menjijikan.  Walhasil, kehadiran KRC menjadi momentum kelahiran kembali puisi-puisi dari Nurrohmat dalam bentuk yang baru. Tapi, benarkah demikian? Untuk menjawab ini perlu ditelusuri kedudukan KRC di antara karya-karya Nurrohmat lainnya. Dari Kuda Ranjang ke Ringin Contong Beberapa buku kumpulan puisi yang sukses menempatkan penyair kelahiran Lampung 1 Janua...

FILM OPERA 'TURANDOT'

Oleh: Rangga L. Utomo (Mahasiswa Pascasarjana STF Driyarkara) sumber gambar: amazon “Tanpa keutamaan, teror itu membinasakan; tanpa teror, keutamaan itu tak berdaya.” [Robespierre. Laporan kepada sidang dewan, 5 Februari 1794] Turandot adalah opera tiga babak karangan Giacomo Puccini, ditujukan pada libretto Italia Giussepe Adami dan Renato Simoni, didasarkan pada naskah drama karangan Carlo Gozzi. Pengerjaan opera ini tidak dirampungkan oleh Puccini yang keburu meninggal terkena kanker tenggorokan dan pengerjaan naskah tersebut diteruskan oleh Franco Alfano. Pergelaran perdananya ditampilkan di Teatro alla Scalla, Milan tanggal 25 April 1926, dikonduktori oleh Arturo Toscanini.  Selengkapnya