Langsung ke konten utama

Brewok Maradona


Mendiang Diego Maradona memiliki  seekor anjing yang menderita gagal ginjal. Maradona telah berkali-kali membawa si anjing ke dokter hewan tapi, anjing betina kesayangan Maradona itu  tak juga kunjung sembuh. "Anjing yang malang," kata Maradona dalam sebuah sesi wawancara dengan majalah bola FourFourTwo.

Maradona pernah punya pengalaman buruk dengan anjingnya, saat ia menjadi korban gigitan  si anjing. Ceritanya, Maradona bermaksud memegang anjing dari belakang, tiba-tiba  secara refleks, anjing itu berbalik dan langsung menggigit bibir bagian atas Maradona.

Insiden bibir Maradona digigit anjing, ternyata berdampak serius pada penampilan pemilik gol Tangan Tuhan ini.  Sejak peristiwa nahas itu, Maradona selalu tampil brewokan dengan memelihara kumis, jambang dan jenggot dengan maksud menutupi luka cukup dalam  akibat gigitan anjing.  

Tentang brewok Maradona ini  ada kisah menarik terkait hubungan Maradona dengan Tuhannya. Maradona ternyata kerap menyebut Tuhan dengan sebutan si Brewok.

"Saya selalu merujuk  Tuhan sebagai si Brewok." Begitu kata Maradona. "Tapi,"  Maradona melanjutkan, "Tuhan tidak pernah ada di Bumi dan memang lebih baik jika Tuhan tidak ada di Bumi," ucap  mantan mertua pesepakbola Sergio Aguero ini.

Mengapa  Maradona merasa Tuhan lebih baik tidak ada di muka bumi? Pasalnya  menurut Maradona  "jika Tuhan  menyaksikan apa yang sedang terjadi di Bumi, Dia mungkin  akan secepatnya kembali ke surga, karena  semua keburukan yang terjadi di sini."

Pernyataan Maradona di atas, menyiratkan kesan Maradona adalah seorang ateis. Tapi, ternyata tidak demikian. Setelah menjelaskan  tentang Tuhan tidak ada di Bumi, Maradona buru-buru menambahkan, "lebih baik percaya pada Tuhan yang kita yakini di dalam hati masing-masing," ujar Maradona.

Lantas, bagaimana dengan sikap penggemar garis keras Maradona yang selalu mengelu-elukan Maradona layaknya Tuhan? Maradona menjawab "ketika orang-orang menyebut saya Tuhan, saya memahaminya sebatas dalam artian sepak bola.

Penahbisan  Maradona sebagai Tuhan, jika diamati dari sudut pandang   netral, tampaknya sama seperti ketika gitaris dan penyanyi legendaris Eric Clapton selalu dielu-elukan  sebagai Dewa Gitar oleh para penggemarnya.  

 

 

 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hamsad Rangkuti dan Dua Cerpennya

Hamsad Rangkuti adalah salah satu penulis cerita pendek terbaik dan otentik. Ia, satu dari sedikit cerpenis kita yang mau dan mampu merumuskan pertanggungjawaban kepengarangannya secara cerdas dan tangkas. Ia cuplik satu fragmen kecil tentang dan dari  kehidupan sehari-hari lalu menuangkannya dalam sebuah Cerpen yang mengesankan. Cerpennya relatif tak berurusan dengan perkara-perkara besar dalam peta besar pemikiran misal menyangkut ideologi besar, pertentangan adat, kesamaan hak, atau lainnya.  Tapi, kendati demikian di balik cerpen-cerpennya yang sederhana tersirat begitu banyak suara, membuka peluang aneka tafsir. "Malam Takbir" (1993), "Reuni" (1994) keduanya di dalam buku "Kurma, Kumpulan Cerpen Puasa-Lebaran Kompas" (Kompas:2002) adalah Cerita pendek yang unik. Secara teknik keduanya bisa dibaca sendiri-sendiri tapi dapat pula dinikmati sebagai sebuah kesinambungan, semacam dwilogi. Berlatar hari-hari terakhir ramadan kedua Cerpen bertut...

KUTUKAN ADAT DARI TIGA CERITA

Tiga cerita pendek, Tambo Kuno dalam Lemari Tua dari Muhammad Harya Ramdhoni (dalam Kitab Hikayat Orang-orang yang Berjalan di Atas Air , Penerbit Koekoesan, 2012), Kode dari Langit dari Dian Balqis (dalam Maaf …Kupinjam Suamimu Semalam , Kiblat Managemen, 2012) dan Mengawini Ibu dari Khrisna Pabichara (dalam Gadis Pakarena , Penerbit Dolphin, 2012) mengemukakan suatu tema serupa: kutukan adat! Ketiga cerpen, dengan berbagai pengucapan khas masing-masing pengarang Ramdhoni yang memadukan hikayat dengan cerita pendek, Balqis dengan style sastra perkotaan, dan Pabichara dengan model penceritaan lazimnya cerpen-cerpen populer di koran-koran, serentak melakukan persekutuan diam-diam melakukan penilaian atas adat. Ketiga cerpen mengedepankan aktualitas adat dan pada saat bersamaan mengemukakan suatu ironi pada setiap usaha menentang dominasi adat. Begini ceritanya. Tambo Kuno Mencatat Barbarisme Sampul Buku Kitab Hikayat Tambo Kuno dalam Lemari Tua (disingkat Tambo) adala...

Novel Mada: Sebuah Kegalauan Pada Nama

Cover Novel Mada Novel Mada, Sebuah Nama Yang Terbalik (Abdullah Wong, Makkatana:2013) benar-benar novel yang istimewa. Pada novel ini pembaca tak akan menemui unsur-unsur yang biasanya terdapat pada novel konvensional seperti setting, alur, penokohan yang jelas, dan seterusnya. Di novel ini penulis juga akan menemui perpaduan unsur-unsur yang khas prosa dan pada saat bersamaan dimensi-dimensi yang khas dari puisi. Penulisnya tampak sedang melakukan eksperimen besar melakukan persenyawaan antara puisi dengan novel. Sebuah eksperimen tentu saja selalu mengundang rasa penasaran bagi kita tapi sekaligus membangkitkan rasa cemas bagi pembaca. Kecemasan itu terutama bermuara pada pertanyaan apakah eksperimen penulis Mada cukup berhasil? Apakah ada sesuatu yang lantas dikorbankan dari eksperimen tersebut?  Uraian berikut ini akan mencoba mengulasnya. Dalam kritik sastra mutakhir terdapat salah-satu jenis kritik sastra yang disebut penelaahan genetis ( genetic criticism ). Pen...