Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Menalar Sindhunata dari Pojok Sindhu Sekoel

Sebelum menyukai tulisan-tulisannya, yang kata Jakob Oetama seperti "berdesak-desakan, berkeringat, dan berurai air mata", saya lebih dulu terkesan dengan nama penulisnya:   Sindhunata. Kendati tak tahu persis apa arti dari nama tersebut,   nama Sindhunata menarik   perhatian saya karena secara kebahasaan seperti ingin   menyelaraskan dua unsur yang terdengar bertentangan. Pokok perkaranya ada   pada   huruf “u” dan “a” di nama Sindhunata. Huruf “u” yang mengekspresikan suasana minor, sendu sedan dan kegelisahan disejajarkan dengan huruf “a” yang merefleksikan suasana mayor yang ceria, gembira, kasmaran   dan berpengharapan. Penyejajaran dan penggabungan huruf “u” dan “a” dalam kata Sindhunata, jika dibaca akan membentuk satu-kesatuan kata yang   puitik dan enak didengar. Dari sebaris nama Sindhunata, kita bisa menarik suatu pandangan   bahwa di setiap suka selalu   menyusup duka dan di setiap duka kerap terselip suka.   Keb...

Wajah Janus Puisi-Puisi Berto Tukan Tentang Buku Puisi aku mengenangmu dengan pening yang butuh panadol (Bagian Terakhir)

  Sepanjang Jalan Kenangan tersentak bunyi kipas angin berputar pening panadol terkurung di meja baca   perihperih kecil kerentaan kerentaan hidup virusvirus bersama mata terkantukkantuk   lelah pada helaan ini aku ingin mengajakmu   malam merayu untuk meliris kita ikut selera tua berharap kolaborasi suatu saat berbeda   itu dan itu   doa tersia-sia rumah ibadah setiap dua rw satu   ini dan ini   barangkali malam larut bus transjakarta duapuluh empat jam   dan beberapa langkah kecil   (Puisi, aku mengenangmu dengan pening yang butuh Panadol )   Membaca puisi aku mengenangmu dengan pening yang butuh Panadol sulit untuk tidak merasakan adanya keterkejutan dan kenyerian   yang dialami     penyairnya   dalam kegiatan membaca dan mengenang   hingga butuh bahu kawan untuk bersandar //tersentak bunyi kipas angin berputar// pening panadol terkurung di m...

Wajah Janus Puisi-Puisi Berto Tukan Tentang Buku Puisi aku mengenangmu dengan pening yang butuh panadol (Bagian Ketiga)

  Menghidupi Kekacauan seorang lelaki tua melihat ke luar jendela dunia meninggalkannya berjalan tetatih lengan bajunya disingsingkan seperti pesan di lagu perjuangan kala itu waktu membawanya melaju ke depan terlalu cepat waktu menuntun dunia di luarnya melaju dan melupakan dirinya   seorang lelaku tua memandang ke luar jendela jendela bergerak, metropolitan bergerak gedunggedung bergerak jembatanjembatan bergerak istilahistilah bergerak suarasuara bergerak cahayacahaya bergerak kenangankenangan bergerak   seorang lelaki tua memandang ke luar jendela menyusun kenangan, bertahuntahun   mencumbui jalur itu dunia kini sudah berganti rupa pun pula rupa lelaki tua   perhentianperhentian berlalu begitu saja perhentian   pun bahkan bergerak!   ia mengeja istilah baru humi … lunid … lumid … luminal … diri? gempa dan tsunami, lorelindu   ia lupa   kaki kanannya di atas ...

Wajah Janus Puisi-Puisi Berto Tukan Tentang Buku Puisi aku mengenangmu dengan pening yang butuh panadol (Bagian Kedua)

  Puisi Liris Era Disrupsi   kesekian kali alam menghamba pada daundaun mengambang di udara bagai perasaan yang menghilang jejaknya menit ke menit perjalanan semesta kulit kita lesap pada batubatu seumpama seekor macan tutul pada bungle in the jungle Jethro tull   melalui tapaktapak kita mengeja kehidupan logika pada bebungaan nestapa berhamburan pada dingin petang hari   kuingin jadi awan kuingin jadi awan   sentimental waktu dan udara menyergap siasia makan siang yang terbuang di kloset titiktitik cerah bagai pelupaan akan kerja kita tak lupa ada kita hanya lupa pada kerja   filsafat mati diamdiam atau baru dibuahi pada menitmenit tol laut terdengar sampai taman nasional ada dingin yang sekejap di balik punggung seperti seseorang sedang menatap tetapi kita tak kuasa tak berani tepatnya menatap mata di balik kacamata perasaan menjelma tuhan   logika filsafat sekarat di mulut peradaban memak...