Mudik lebih dari sekadar kembali ke udik atau balik kampung jelang lebaran, setelah sekian lama hidup di perantauan. Mudik telah menjadi siasat bagi para perantau untuk bisa lolos dari perangkap kebosanan di tengah-tengah kesibukan.
Kebosanan tanpa disadari telah menjadi momok menakutkan bagi manusia modern yang di keseharian tenggelam dalam rutinitas dan kebiasaan yang itu-itu saja.
Manusia modern berbeda dengan anak kecil yang karena kepolosannya begitu antusias memainkan mainan yang ia miliki. Seringkali, karena terlalu serius dengan mainannya ia mengabaikan kejadian-kejadian di sekitarnya, bahkan termasuk tak merasakan haus dan lapar dari dirinya sendiri.
Si bocah akan beralih pada--atau merengek minta dibelikan--mainan baru saat ia sudah puas bermain-main dengan mainan lamanya. Tak ada celah bagi anak kecil untuk merasakan kebosanan. Hari-harinya dipenuhi antusiasme termasuk saat mereka menangis.
Kebanyakan dari kita orang dewasa, memandang remeh kebosanan sembari berusaha mengatasinya dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan, tanpa berusaha mencari tahu akar dari kebosanan.
Industri hiburan yang menjanjikan kesenangan itu, menangkap hasrat cara-cara mengatasi kebosanan ala masyarakat modern. Alhasil industri hiburan menawarkan resep atau kiat-kiat jitu bagaimana menjinakkan kebosanan.
Kebosanan dapat dibaca sebagai isyarat ada sesuatu yang tidak beres dari pikiran kita. Kebosanan muncul barangkali karena kita terlalu lama membiarkan pikiran dijejali dan diombang-ambing gelombang besar informasi, yang terkesan tak bisa disangkal hingga terus menggumpal menjadi masalah yang seolah-olah hingga menumpulkan pikiran.
Kemauan untuk belajar mendengarkan kebosanan dari diri sendiri dapat membangunkan energi besar yang menuntut saluran-saluran; karya kreatif di tangan para seniman, inovasi-inovasi di bawah kendali ilmuwan, bahkan revolusi sosial saat kebosanan berakumulasi secara massal.
Mudik jelang lebaran yang berlangsung secara kolosal adalah interupsi di tengah kebosanan yang menjangkiti sebagian besar massa yang larut dalam rutinitas kerja.
Mudik menjadi ikhtiar massa untuk melepaskan diri sejenak dari kungkungan relasi kerja, yang barangkali di antaranya masih bersifat eksploitatif, antara atasan dan bawahan, buruh dan majikan.
Mudik dan kelak berjumpa sanak saudara serta orang-orang tersayang untuk bermaaf-maafan di hari raya, menjadi medium massa untuk bisa lolos dari cengkraman kejenuhan yang membius dan membisukan.
Selamat mudik..
Komentar
Posting Komentar