Langsung ke konten utama

Belajar menjadi Penceramah (3)


"Jagalah hati, jangan kau nodai. Jagalah hati lentera hidup ini". sebait syair ini identik dengan K.H Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Bintang ceramah selanjutnya.

Mengusung pendekatan manajemen qalbu ceramah-ceramah Aa sangat meneduhkan. Tema-tema sufistik dikemas secara modern dan disampaikan dengan cara-cara yang menyentuh hati serta kisah-kisah inspiratif.

Menyelipkan kisah-kisah inspiratif juga menjadi salah satu kunci sukses ceramah para motivator.  Baik berkaitan dengan kisah pribadi, cerita orang lain, riwayat tokoh-tokoh penting dalam lintasan sejarah atau bahkan mungkin ada di antaranya hasil karangan bebas. Kisah-kisah ini diketengahkan tak lain dengan maksud untuk meyakinkan audiens.

Gaya ceramah Aa disebut-sebut menyerupai gaya ceramah dedengkot  Muhammadiya Buya Hamka, penulis salah satu buku paling laris Tasawuf Modern.

Di buku karangan Buya Hamka itu, topik-topik penting ilmu tasawuf dikemas secara populer dan dikaitkan dengan kondisi kejiwaan masyarakat zaman kiwari yang labil, mudah cemas, kesepian, stress, dan sejenisnya.

Oleh beberapa cendikiawan termasuk Cak Nur, Azyumardi Azra, dan Dawam Rahardjo, kecenderungan sufisme Hamka ini sering disebut sebagai neo-sufisme (sufisme baru).

Kembali ke Aa. Di era keemasannya, di layar kaca wajah Aa selalu menyapa pemirsa nyaris tanpa jeda dan bersamaan dengan itu, Aa dan keluarga tak segan membuka diri pada awak media, untuk melakukan peliputan ihwal keseharian di luar urusan ceramah.

Salah satu tayangan ikonik dari beliau adalah saat Aa mengendarai motor Harley Davidson keliling komplek pesantren Daarut Tauhid yang dikelolanya.

Kekhasan ceramah Aa Gym adalah ini  (pokok ketiga) "sentuhlah hadirin tepat di hatinya;" dalam artian fokuskan pada apa yang menjadi pusat kegelisahan paling personal dari jamaah.

Aa Gym berhasil memunculkan generasi penceramah yang selain memiliki materi ceramah bermutu memyentuh kalbu  juga sekaligus sadar dengan kinerja stasiun televisi (proses produksi) termasuk Ustad Jefri, K.H Arifin Ilham, Opick, Ustad Maulana, Ustad Solmed, dan lain-lain.

Bersambung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hamsad Rangkuti dan Dua Cerpennya

Hamsad Rangkuti adalah salah satu penulis cerita pendek terbaik dan otentik. Ia, satu dari sedikit cerpenis kita yang mau dan mampu merumuskan pertanggungjawaban kepengarangannya secara cerdas dan tangkas. Ia cuplik satu fragmen kecil tentang dan dari  kehidupan sehari-hari lalu menuangkannya dalam sebuah Cerpen yang mengesankan. Cerpennya relatif tak berurusan dengan perkara-perkara besar dalam peta besar pemikiran misal menyangkut ideologi besar, pertentangan adat, kesamaan hak, atau lainnya.  Tapi, kendati demikian di balik cerpen-cerpennya yang sederhana tersirat begitu banyak suara, membuka peluang aneka tafsir. "Malam Takbir" (1993), "Reuni" (1994) keduanya di dalam buku "Kurma, Kumpulan Cerpen Puasa-Lebaran Kompas" (Kompas:2002) adalah Cerita pendek yang unik. Secara teknik keduanya bisa dibaca sendiri-sendiri tapi dapat pula dinikmati sebagai sebuah kesinambungan, semacam dwilogi. Berlatar hari-hari terakhir ramadan kedua Cerpen bertut...

KUTUKAN ADAT DARI TIGA CERITA

Tiga cerita pendek, Tambo Kuno dalam Lemari Tua dari Muhammad Harya Ramdhoni (dalam Kitab Hikayat Orang-orang yang Berjalan di Atas Air , Penerbit Koekoesan, 2012), Kode dari Langit dari Dian Balqis (dalam Maaf …Kupinjam Suamimu Semalam , Kiblat Managemen, 2012) dan Mengawini Ibu dari Khrisna Pabichara (dalam Gadis Pakarena , Penerbit Dolphin, 2012) mengemukakan suatu tema serupa: kutukan adat! Ketiga cerpen, dengan berbagai pengucapan khas masing-masing pengarang Ramdhoni yang memadukan hikayat dengan cerita pendek, Balqis dengan style sastra perkotaan, dan Pabichara dengan model penceritaan lazimnya cerpen-cerpen populer di koran-koran, serentak melakukan persekutuan diam-diam melakukan penilaian atas adat. Ketiga cerpen mengedepankan aktualitas adat dan pada saat bersamaan mengemukakan suatu ironi pada setiap usaha menentang dominasi adat. Begini ceritanya. Tambo Kuno Mencatat Barbarisme Sampul Buku Kitab Hikayat Tambo Kuno dalam Lemari Tua (disingkat Tambo) adala...

Novel Mada: Sebuah Kegalauan Pada Nama

Cover Novel Mada Novel Mada, Sebuah Nama Yang Terbalik (Abdullah Wong, Makkatana:2013) benar-benar novel yang istimewa. Pada novel ini pembaca tak akan menemui unsur-unsur yang biasanya terdapat pada novel konvensional seperti setting, alur, penokohan yang jelas, dan seterusnya. Di novel ini penulis juga akan menemui perpaduan unsur-unsur yang khas prosa dan pada saat bersamaan dimensi-dimensi yang khas dari puisi. Penulisnya tampak sedang melakukan eksperimen besar melakukan persenyawaan antara puisi dengan novel. Sebuah eksperimen tentu saja selalu mengundang rasa penasaran bagi kita tapi sekaligus membangkitkan rasa cemas bagi pembaca. Kecemasan itu terutama bermuara pada pertanyaan apakah eksperimen penulis Mada cukup berhasil? Apakah ada sesuatu yang lantas dikorbankan dari eksperimen tersebut?  Uraian berikut ini akan mencoba mengulasnya. Dalam kritik sastra mutakhir terdapat salah-satu jenis kritik sastra yang disebut penelaahan genetis ( genetic criticism ). Pen...