Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

NOVEL ADALAH FILM YANG TERTUNDA?

Film nyelonong  begitu saja di hadapan kita sebagai sesuatu yang bisa dicerap  piranti optik kita, sebagai mahluk berakal dan memiliki indera penglihatan. Oleh sebab itu, film sama tapi sekaligus berbeda dengan  jenis kesenian yang digolongkan sebagai  “visual art” seperti lukisan,  gambar, patung, dan juga potret. Berbeda dari jenis-jenis seni rupa lain, citra-citra visual dalam film disajikan selalu dalam pergerakan. Maksudnya,  jika sebuah film, sebut saja film Upin dan Ipin, menggambarkan manusia, penggambaran itu selalu dalam sebuah tindakan   yang berhubungan dengan gambar yang lain, singkatnya, citra-citra visual bukan semata  objek-objek yang diam belaka. Ipin  selalu digambarkan dalam interaksinya  dengan Upin dan  tokoh-tokoh lain, Jarjit, Ijat, Memei, Ihsan, Fizi, Kak Ros, Opa, Tuk Dalang juga  lainnya; Dalam kesendiriannya, Ipin bahkan selalu dalam pergerakan, paling tidak mengerenyitkan dahi menandakan bahwa b...

Pribumi yang Tertukar

Heboh terma usang "pribumi" yang diremajakan kembali  lewat mulut  Gubernur DKI Jakarta terpilih di pidato pertamannya, membuat saya  terkenang mendiang Dick Hartoko. Bukan. Bukan pada  pemikiran humanioranya yang bersahaja tapi pada tulisan sangat menyentuh hati dari Sindhunata terkait detik-detik terakhir mangkatnya budayawan besar, penjaga  rubrik legendaris “Tanda-Tanda Zaman” majalah kebudayaan "Basis." Salah satu bagian paling menarik dari tulisan Sindhunata yang entah kenapa selalu susah saya lupakan itu ialah ketika Sindhunata mengidentifikasikan atau menyejajarkan riwayat hidup dirinya dengan Dick Hartoko terkait masalah identitas,  silsilah  dan atau keturunan.  Dick Hartoko berdarah campuran Jawa - Belanda sedangkan   Sindhunata sendiri  berdarah Tionghoa - Jawa. Sindhunata menuliskan bagaimana ketegangan batin terus menerus menghantui dan menggelisahkan Dick Hartoko sepanjang hidupnya. Di nyaris setiap pergaulan...

Via Vallen dan Etika Jawa

Pulang dari mengantar orang tua ke Rumah Sakit untuk cek kesehatan, saya mampir ke Warteg. Hari masih pagi kala itu. Lalu lalang kendaraan lagi  berisik-berisiknya.  Tuntas dengan urusan pesan memesan menu makanan, saya mulai khusyu menyantap makanan yang tersaji; telor dadar, tumis kacang panjang, dan oreg. Nasi setengah, minumnya teh tawar hangat bertabur senyum manis si mbak yang singset. Warteg tak terlalu ramai, di sela-sela melayani pembeli si mbak nyambi mengepel lantai. Aroma pembersih lantai yang disiram si mbak, merangsak masuk lobang hidung.  Si mbak asyik ngepel sambil berdendang mengikuti irama lagu yang mengalun dari alat pemutar VCD. Tentu saja ia menyanyikan lagu dangdut; //Sayang... Opo kowe krungu  jerite atiku... Mengharap engkau kembali...// Sayang nganti memutih rambutku// Ra bakal luntur tresnaku// Daya hafal si mbak dalam bernyanyi layak dipuji. Tak hanya hafal lirik lagu, si mba juga fasih dengan gaya "hip-hop" yang mendadak hadir d...

Montage

Montage (sering dilafalkan montase, dari bahasa Prancis) adalah istilah teknis pembuatan film setelah proses syuting selesai dilakukan dan mulai masuk ruang editing. Montage mencakup beberapa tipe yaitu kontras, paralelisme, simbolisme, keserentakan, dan "leitmotif" (pengulangam tema). Maksudnya kira-kira begini. Dari sudut seorang pembuat film, ketika menghadapi beberapa gambar berbeda, yang diperlukan kemudian adalah cara bagaimana gambar-gambar tersebut disejajarkan, "dijembreng,"  serta terikat menjadi satu kesatuan menjadi narasi film. Cara ini ditempuh  tak lain demi menghadirkan efek psikologis tertentu pada penonton misalnya sedih, bergairah, gembira, murung, takut, marah, galau dan lainnya; dalam kata-kata Pudovkin montage merupakan "metode yang mengendalikan 'panduan psikologis' bagi penonton."  Tipe-tipe montage yang telah disebut di awal tulisan dapat disebut sebagai, katakan prinsip, bagi sebuah penyatuan gambar-gambar dalan ...

"Perjalanan Waktu", Kontemplasi Musikal Yockie Suryo Prayogo

Bersama Guruh Soekarnoputra, Chrisye (Alm), Keenan Nasution, dan Fariz RM, Yockie Suryo Prayogo adalah pelopor pembiakan musik yang tak sekadar mengikuti arus. Orang-orang ini adalah musisi dengan semangat penciptaan melalui kontemplasi artistik terlebih dahulu; tak sembarangan berbuat tanpa melalui pendalaman; menoleh pasar sebagai pertimbangan akhir. Mengacu pada pendapat Martin Hatch (1983), posisi Yockie berada pada lahan pop berat ( heavy pop ) dimana salah satu kriterianya terletak pada lirik lagu yang puitik, panjang dan rumit karena bertumpu pada pemilihan diksi yang tak akrab dalam bahasa umum. Ini berbeda dengan pop ringan ( light pop ) yang liriknya mudah dicerna seperti pada lagu-lagu Koes Plus, A Riyanto, dan Rinto Harahap. Kriteria lainnya menurut Hatch, pop berat akrab dengan improvisasi musikal hingga tak jarang dituding sebagai anomali dalam perspektif musik pop di Tanah Air. Bukti mutakhir adalah album Yockie bertajuk Perjalanan Waktu (Greenland Indonesia, 2...

Suluk Sungai, Tubuh-tubuh yang Mengembara

Pertunjukan Suluk Sungai  Ahad, 30 Oktober 2016 di  Hutan Kota Sangga Buana, Lebak Bulus, Jakarta Selatan   menandai dimulainya rangkaian acara  Indonesian Dance Festival (IDF) 2016. Suluk Sungai karya Abdullah Wong  adalah sebuah sajian seni tari  yang berkehendak memperlihatkan  adanya saling-silang  antara tubuh dengan dunia sekitar. Suluk Sungai   berkisah tentang  takdir tubuh serta penghayatan atas takdir tersebut. Pertunjukan dibuka dengan  adegan empat tubuh  terbungkus rapat  plastik tebal, teronggok   di pucuk empat batang pohon besar yang terpancang di beberapa titik  kubangan air  setinggi lutut. Selain keempat tubuh tersebut, terdapat satu tubuh lain yang berbalut kain putih; tubuh ini yang bergerak bebas, mengamati secara seksama   gerak-gerik tubuh-tubuh terbungkus plastik, dari balik pohon di tepi kubangan.  Tubuh terbalut kain putih, pelan tapi pasti menuru...

Bergerak Bersama Puisi (Pikiran Rakyat, 03/05/09)

"Menjadi penyair hebat harus juga menjadi audiens yang mumpuni" - Walt Whitman RISALAH Damhuri Muhammad "Kesadaran Puitis & Politik" (Pikiran Rakyat, 5/4) menyiratkan keterpesonaan pada Demonstran Sexy (2008) Binhad Nurrohmat. Sebaliknya Yopi Setia Umbara lewat "Dam, Dam, Dam"(Pikiran Rakyat, 19/04/09), meski judul tersebut terkesan melecehkan Damhuri, sepaham dengan Damhuri terkait kesejajaran kedudukan puisi dan politik yang diangkat keduanya. Pablo Neruda dikutip Yopi sebelum menyudahi tulisannya. Neruda, salah satu puisinya berjudul "Coretan-coretan untuk Lenin," termasuk penyair besar yang syair-syairnya baik "formal" maupun "materi" terpusat pada relasi timbal-balik antara puisi dan politik yang ini berbeda tajam dengan ekspresi seni yang "terkesan" harus steril dari kepentingan politik. Tema ini dalam sejarah seni abad ke-19 lampau disebut "Seni untuk Seni." "Seni untuk Seni,...

Detektif di Ladang Sastra (Pikiran Rakyat, 31/10/2010)

Dari cara pandang Binhad Nurrohmat kritik sastra selalu perspektif ("Kritik dan Hama Sastra", Pikiran Rakyat, 19 September 2010). Menurut dia, "perspektif selalu punya batas; dan kritik sastra dibatasi perspektifnya. Tiada perspektif total-sempurna." Dua pekan dari tulisan tersebut Maman S. Mahayana menjawab "perspektif dalam kritik sastra bukanlah pendekatan ... Dalam kritik sastra, ada tiga jenis penilaian, yaitu penilaian absolut, relatif, dan perspektif." ("Seolah-olah Kritik Sastra", Pikiran Rakyat, 3 Oktober 2010). Dua tulisan tersebut berhasil memicu hasrat untuk memikirkan kembali peran kritik dan kritikus sastra. Atas pernyataan Nurrohmat di atas Mahayana wajib resah karena bila penyataan tersebut diterima sepenuhnya kemungkinan besar kurikulum sastra dan kritik sastra semakin jauh terabaikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Jika ruang lingkup kritikus sastra direduksi menjadi sekadar ilmu perspektif maka semua orang, dengan ...

Setelah Haul Cak Nur

Semalam (30/08) ikut hadir di acara Haul Cak Nur.  Sampai di TKP bakda Isya saya tak langsung masuk tapi duduk-duduk dulu di beranda sambil menghisap sebatang rokok setelah dapat korek dari Fachrurozi Majid. Kawasan Ampera sudah gelap sekali. Selang beberapa menit kemudian berurutan datang Kang Yudi Latif naik F**ner,  ibu Shinta Abdurrahman Wahid naik sedan hitam didampingi beberapa Paspampres, dan para pengunjung lain. Saya pun masuk. Oiya sebelum masuk saya lihat Ulil meninggalkan acara dipapah istrinya, katanya beliau sedang sakit. Semoga cepat sembuh. Saya ketemu beberapa kawan orang batak yang besar dalam buaian Jogjakarta, H. Simarmata, Filosof Betawi Sunaryo, aktivis HMI Slank dan Deni Agusta, ada juga “The Prophet of Workers” Ismail Fahmi, dan masih banyak lagi teman saya ha ha hi hi malam itu.  Di ruangan utama, tokoh-tokoh penting sedang memberi kesaksian tentang almarhum Cak Nur; pak Try, ibu Musdah yang bicara tentang cara Cak Nur ngajar dan sela...

Gila Agama dalam Cerpen-cerpen Alexander Aur

”Saya juga tidak mau menjual Tuhan. Cukup jadi orang biasa saja dan mengimani Tuhan dengan cara yang biasa-biasa saja.” Alexander Aur (FB) Mukadimah Kutipan di atas merupakan penggalan dari cerpen Alexander Aur   Para Penjual Tuhan ( PPT ). Cerpen ini  mengisahkan Maria Goreti, Paulus, dan seorang suster Katolik yang larut dalam  kebiasaan  saling kirim SMS berisi nasihat keagamaan dari pengirim pertama yang misterius.  Pesan singkat itu biasanya disertai  ancaman, kadang  juga iming-iming hadiah, bila si penerima meneruskan ( forward ) atau tak meneruskan isi pesan  ke sejumlah orang seperti perintah isi pesan. PPT tak hanya menceritakan  kebiasaan saling berkirim pesan pendek ”suci” yang pernah populer di 2012-an, sebelum berganti menjadi model SMS penipuan ”mama minta pulsa,” tapi juga menyoroti penggunaan lagu-lagu rohani dari penyanyi dari label rekaman tertentu sebagai nada sambung, seperti kebiasaan dua tokoh cerpe...