Film nyelonong begitu saja di hadapan kita sebagai sesuatu yang bisa dicerap piranti optik kita, sebagai mahluk berakal dan memiliki indera penglihatan. Oleh sebab itu, film sama tapi sekaligus berbeda dengan jenis kesenian yang digolongkan sebagai “visual art” seperti lukisan, gambar, patung, dan juga potret. Berbeda dari jenis-jenis seni rupa lain, citra-citra visual dalam film disajikan selalu dalam pergerakan. Maksudnya, jika sebuah film, sebut saja film Upin dan Ipin, menggambarkan manusia, penggambaran itu selalu dalam sebuah tindakan yang berhubungan dengan gambar yang lain, singkatnya, citra-citra visual bukan semata objek-objek yang diam belaka. Ipin selalu digambarkan dalam interaksinya dengan Upin dan tokoh-tokoh lain, Jarjit, Ijat, Memei, Ihsan, Fizi, Kak Ros, Opa, Tuk Dalang juga lainnya; Dalam kesendiriannya, Ipin bahkan selalu dalam pergerakan, paling tidak mengerenyitkan dahi menandakan bahwa b...
Mari membaca, menulis, dan mendapat untung ... (Khudori Husnan)